Multikulturalisme
Dalam Agama-agama
Oleh Jajat Darojat
Manusia dan realias merupakan kedua hal yang tidak
mungkin dipisahkan. Karena sebagai mahluk yang mampunyai akal, manusia
mempunyai alasan untuk berfikir mengenai hakikat keberadaan dan dunianya secara
universal. Sejarah peradaban manusia telah menunjukan bahwa manusia memiliki
pengaruh terhadap dunia dan dirinya. Oleh karena itu, peradaban manusia selalu
berkembang seiring berjalannya waktu.
Berfikir mengenai keadaan dunia dan dirinya lah yang
memunculkan sebuah keyakinan akan adanya suatu penciptaan, atau yang kita sebut
sebagai agama. Realitasnya, agama selalu dipandang sebagai
sarana untuk
mendekatkan diri pada sang pencipta. Manusia yang mempanyai keyakinan
(beragama) akan beranggapan bahwa dunia dan dirinya merupakan hasil dari
ciptaan Tuhan. Dengan agama manusia bisa mendapatkan tempat peraduannya ketika
didalam dunianya tidak mendapatkannya sehingga agama menjadi obat penenang bagi
jiwa manusia. Agama menjadi tempat pelabuhan terakhir ketika manusia sudah
tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Maka dapat kita sepakati bahwa agama tersebut
berada pada setiap diri manusia, yang kemudian disebut dengan tiga unsure utama
yaitu ada (Being), makna (meaning), kebenaran (truth).
Dalam agama, ada sesuatu yang disakralkan (cecred) atau
yang disucikan (kudus). Dalam sebuah kepercayaan, kitab suci merupakan
perintah-perintah atau petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Namun, bentuk tulisan (kitab suci) tersebut masih perlu diterjemahkan
kedalam fikiran manusia sehingga persepsi mengenai petunjuk-petunjuk tersebut
sesuai dengan keinginan Tuhan-nya. Hal inilah yang berdampak pada perbedaan
dalam pelaksanaan agama, sehingga dalam satu kepercayaan mempunyai persepsi
masing-masing terhadap agama-nya.
Kenyataannya, persepsi mengenai agama itu menjalar keluar
dari lingkungan kepercayaan atau keyakinannya. Bahkan tidak jarang persepsi itu
dipaksakan untuk mereka yang berbeda keyakinan. Anggapan mengenai golongan,
atau agama-nya yang paling benar (truth claim) akan terjadi, jika mereka
menganggap bahwa kelompok mereka yang menjadi juru bicara Tuhan, menjadi
golongannya yang ditunjuk sebagai utusan Tuhan sehinga diluar mereka berhak
untuk disakiti, didiskriminasikan, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar