Pages

Jumat, 22 Maret 2013


MANAJEMEN KESISWAAN
 Oleh; Jajat Darojat

A.    Pendahuluan
Cita-cita atau visi dan misi adalah tujuan yang akan dicapai, namun sejauh mana visi dan misi itu direncanakan dan dicapai sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Suatu tujuan tentunya perencanaan yang matang sehingga tujuan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam suatu organisasi tentunya dikenal dengan istilah manajemen, hal ini merupakan alat atau bisa dikatakan sebagai formula untuk merumuskan strategi pengelolaan dalam pencapaian tujuan organisasi. Setiap organisasi tentunya mempunyai kesepakatan tujuan yang ingin dicapai, namun apakah tujuan itu bisa berjalan dan didapatkan secara optimal. Maka dari itu, dalam konteks ini dibutuhkan
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan (Motivating), Pembinaan (Conforming), serta Penilaian (Evaluatingi).
Aspek-aspek tersebut merupakan tahapan-tahapan manajemen organisasi dalam pencapaian tujuan bersama. Tentunya aspek-aspek tersebut harus berjalan secara berkesinambungan dan kontinyu. Artinya, sebagai sarat dalam pelaksanaan manajamen hal-hal tersebut harus dipenuhi. Secara umum manajemen memang mempunyai pemaknaan yang berbeda-beda, tergantung dari wilayah mana manajemen itu difungsikan. Namun, manajemen ini bisa dimaknakan sebagai alat ataupun formula yang bisa dipakai oleh setiap organisasi dalam pencapaian tujuan bersama, tentunya yang sudah disepakati bersama. Oleh karena itu, manajemen bisa digunakan dalam berbagai hal. Sebagaimana dalam pembahasan makalah ini, yang membahas mengenai “Manajemen Kesiswaan”. Apa, seperti apa dan bagaimana manajemen kesiswaan itu difungsikan dalam suatu organisasi sekolah. Hal tersebut dibahas dalam pembahasan makalah.












B.    Pembahasan
1.      Manajemen
Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard (1982) memberi arti pengelolaan sebagai barikut;
“Management as working with and trough individual and groups to accomplish organizational goal”(pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama atau melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi).
Stoner (1981) mengemukakan bahwa;
Management is the proces of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals.”
Implementasi kedua pengerian tersebut di atas adalah bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengembangkan upaya sebagaimana dikemukakan di atas terdapat pembaharuan atau perubahan secara inovatif.
Dalam kedua pengertian di atas terdapat tiga dimensi penting. Dimensi Pertama, bahwa dalam manajemen terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pemimpin, kepala, komandan, ketua, dan sebagainya) bersama orang lain, baik perseorangan maupun kelompok. Dimensi ini menunjukan tentang betapa pentingnya kemampuan dan keterampilan khusus yang perlu dimiliki oleh pengelola untuk melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan untuk mempengaruhi orang lain baik melalui hubungan perorangan maupun melalui hubungan kelompok. Kemampuan dan keterampilan khusus itu terlihat pada interaksi antara pihak yang memimpin (yang mengelola) dan pihak yang dipimpin (staf atau bawahan). Hubungan kemanusiaan ini terjadi pula apabia pihak yang memimpin dan yang dipimpin itu terdiri atas kelompok. Singkatnya, hubungan kemanusiaan menjadi dimensi utama dalam kegiatan pengelolaan.
Dimensi Kedua, menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dimensi ini memberi makna bahwa kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Sedangkan dimensi Ketiga, adalah bahwa pengelolaan itu dilakukan dalam organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan organisasi. Dengan kata lain, tujuan organisasi dicapai melalui kegiatan yang dilakukan bersama orang lain baik perorangan maupun kelompok. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa adanya tiga dimensi tersebut yaitu; kegiatan melalui dua atau bersama orang lain, tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan organisasi, memerlukan kehadiran pengelola yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan pengertian administrasi dan manajemen sebagaimana dikemukakan di atas maka dapat dirinci persamaan yang terkandung di dalam kedua pengertian tersebut. Pertama, baik administrasi maupun manajemen memerlukan kerjasama antara dua orang atau lebih. Kerjasama itu didasarkan atas alasan-alasan rasional, seperti untuk memenuhi kebutuhan, minat, atau kepentingan bersama. Kedua, tujuan organisasi yang ingin dicapai ditentukan secara rasional. Tujuan ini ditetapkan dengan mempertimbangkan perlunya alasan-alasan untuk bekerjasama sebagaimana telah diketengahkan di atas dan dengan mengkaji potensi dan daya dukung yang tersedia atau yang dapat disediakan. Ketiga, administrator dan pengelola tidak menjalankan sendiri kegiatan oprasional. Kegiatan oprasional biasanya dilakukan oleh para pelaksana baik perseorangan ataupun kelompok. Singkatnya dapat dikemukakan bahwa adanya hubungan kerjasama antara orang-orang yang didasarkan atas alasan-alasan tertentu, tujuan yang akan dicapai, dan pimpinan yang tidak melaksanakan sendiri kegiatan oprasional secara langsung merupakan unsur-unsur persamaan antara administrasi dan manajemen.
Disamping itu, adanya unsur-unsur persamaan terdapat pula unsur-unsur perbedaan antara administrasi dan manajemen. Pertama, administrasi mempunyai fungsi untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai dan menetapkan berbagai kebijaksanaan umum guna mencapai tujuan tersebut. Sedangkan manajemen mempunyai fungsi antara lain untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan menilai kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi/ lembaga. Kegiatan dalam manajemen itu sudah tentu ada dalam ruang lingkup kebijaksanaan umum yang dirumuskan dalam administrasi. Kedua, fungsi administrasi bersifat menyeluruh dan berlaku untuk semua organisasi, sedangkan manajemen dibatasi dalam suatu lembaga atau manajemen. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa administrasi mempunyai cakupan lebih luas apabila dibandingkan dengan manajemen.
Pada administrasi dan manajemen terdapat unsur kepemimpinan. Kepemimpinan tercermin dalam interaksi, saling hubungan, atau kerjasama antar manusia baik antara seseorang dengan orang lain ataupun antara seseorang dengan kelompok. Dalam interaksi inilah terjadinya upaya seseorang atau satu pihak untuk mempengaruhi orang atau pihak lainnya. Upaya mempengaruhi orang lain itu termasuk pada kepemimpinan.[1]
2.      Manajemen Kesiswaan
Menurut arti bahasa, manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan. Manajemen juga berarti kepemimpinana terhadap suatu kelompok guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah manajemen berarti ilmu atau seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen juga mengandung arti sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan yang kondusif terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang  atau lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir. Dengan demikian tindakan manajemen nampak terlihat dalam segenap usaha administrator (manajer) dalam mengatur individu-individu yang terlibat dalam suatu organisasi, sehingga memungkinkan mereka dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran seoptimal mungkin demi terciptanya tujuan bersama. Dalam kaitannya dengan pendidikan, manajemen berati proses kerjasama antara dua orang atau lebih dalam satuan organisasi pendidikan, dengan mendayagunakan segala sumber daya manusia maupun sumber daya yang lain menuju pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan siswa adalah peserta belajar atau murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah.[2] Dengan demikian manajemen kesiswaan dapat disimpulkan bahwa pengaturan atau pengelolaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiswaan.
 Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang operasional MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari satu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta ddik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut Sutisna (1985) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut;
a.       Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu,
b.      Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid ke kelas dan program studi,
c.       Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar,
d.      Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa,
e.       Pengendalian disiplin murid,
f.       Program bimbingan dan penyuluhan,
g.      Program kesehatan dan keamanan,
h.      Penyelesaian pribadi, sosial dan emosional.
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokan dan orientasi sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping keterampilan-keteramilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku prestasi siswa, buku lapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[3] Pencatatan-pencatatan tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk dari dari adminisitrasi sekolah dalam ruang lingkup murid (peserta didik).
Yang dimaksud dengan administrasi murid adalah kegiatan pencatatan murid dari mulai proses penerimaan hingga murid tersebut keluar dari sekolah disebabkan karena telah tamat atau sebab-sebab lain. Tidak semua yang berhubungan dengan murid digarap oleh administrasi murid. Penggarapan administrasi untuk murid kadang-kadang termasuk ke dalam administrasi murid, tetapi ada kalanya masuk humas pendidikan. Membagi kelas menjadi kelompok yang lebih kecil yaitu membuat kelompok-kelompok belajar, termasuk garapan administrasi kurikulum. Pemberian kartu SPP untuk diatur pelaksanaan dananya, termasuk ke dalam administrasi keuangan.
Jenis-jenis kegiatan administrasi murid dapat didaftar melalui gambaran bahwa lembaga pendidikan diumpamakan sebagai sebuah transformasi, yang mengenal masukan (input), pengelolaan di dalam tranformasi (proses) dan keluaran (output). Dengan demikian penyajian penjelasan administrasi murid dapat diurutkan menurut aspek-aspek tersebut. Dengan melihat pada proses memasuki sekolah sampai murid meninggalkannya, terdapat empat kelompok pengadiministrasian, yaitu;
a.       Penerimaan murid,
b.      Ketatausahaan murid,
c.       Pencatatan bimbingan dan penyuluhan, serta
d.      Pencatatan prestasi belajar.[4]
Tugas kepala sekolah dalam manajemen siswa adalah menyeleksi siswa baru, penyelenggaraan pembelajaran, kehadiran murid, uji kompetensi akademik dan atau kejujuran, bimbingan karir serta penelusuran lulusan. Inovasi dalam penerimaan siswa baru bagi sekolah, yaitu identifikasi potensi dan bakat siswa yang sesuai dengan persyaratan program studi atau program keahlian, sehingga hasil bimbingan akan menjadi optimal dalam mengarahkan siswa ke pendidikan lanjutan dan atau dunia kerja yang relevan. Uji kompetensi yang dilakukan bersama oleh sekolah (SMK) dan asosiasi profesi memudahkan dalam penyaluran dan pemasaran tamatan ke dunia kerja, ataupun menciptakan lapangan kerja sendiri untuk berwiraswasta. Kepala sekolah harus menyadari bahwa kepuasan siswa dan orang tua siswa serta masyarakat merupakan indikator keberhasilan sekolah (Sallis; 1993). Keberhasilan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin adalah kepuasan kerja guru, sebagai internal customer dan kepuasan siswa serta orang tua siswa, sebagai external customer (Sallis; 1993). Indikator keberhasilan ini merupakan konsep dasar yang harus menjadi acuan kepala sekolah dalam mengukur keberhasilan dirinya.[5]
Dengan mengacu pada pengertian dan penjelasan mengenai manajemen kesiswaan di atas, maka ruang lingkupnya adalah sebagai berikut.
Menurut Burhanuddin, ruang lingkup atau cakupan manajemen kesiswaan adalah
a.       Mengatur penerimaan siswa berdasarkan kriteria penerimaan siswa baru kelas I (satu).
b.      Program bimbingan dan penyuluhan (BP).
c.       Kepenasehatan pemilihan program studi.
d.      Pengelompokan siswa.
e.       Meneliti dan mencatat kehadiran siswa di sekolah.
f.       Mengatur program kegiatan ekstra kurikuler.
g.      Mengatur kegiatan organisasi siswa.
h.      Pengaturan mutasi siswa.
i.        Pengaturan program belajar di waktu bebas.
Sedangkan menurut Gorton, manajemen kesiswaan hanya meliputi:
a.       Permasalahan disiplin siswa.
b.      Cara menanggulangi permasalahan siswa.
c.       Pelayanan pribadi siswa.
d.      Pengaturan program kegiatan siswa.[6]
3.      Konsep Manajemen Kesiswaan
Manajemen peserta didik menduduki tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh karena sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat maupun layanan khusus pendidikan, diarahkan agar peserta didik mendapatkan pelayanan yang baik.
Menurut Knzevich manajemen peserta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah. Jadi manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik. Tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan lancar, tertib, teratur dan tercapai apa yang menjadi tujuan pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan meliputi perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kenaikan kelas, penjurusan, dan perpindahan siswa intra sekolah.
Kegiatan perencanaan kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu mencatat usia anak-anak. Usia umur sekolah di pakai sebagai dasar untuk membagi-bagikan daerah penyebaran bagi pendirian suatu sekolah. Seluruh kegiatan sensus sekolah dapat difungsikan untuk berbagai hal yaitu:
a.       Menetapkan perlunya perencanaan jumlah dan lokasi sekolah.
b.      Menetapkan beberapa batas daerah penerimaan siswa di suatu sekolah.
c.       Mempersiapkan fasilitas pengangkutan.
d.      Memproyeksikan layanan program pendidikan bagi sekolah yang memerlukan.
e.       Menata kewajiban belajar dan undang-undang tenaga kerja bagi anak-anak.
f.       Mempersiapkan fasilitas penidikan khusus.
g.      Menganalisa tingkat dan laju pertumbuhan umur usia sekolah pada suatu daerah tertentu.
h.      Membuat rayonisasi bagi anak yang akan masuk atau dari sekolah kesekolah lain.
i.        Merekam informasi mengenai jumlah dan pertumbuhan sekolah swasta.
j.        Merekam dari berbagai sumber mengenai sumbangan masyarakat terhadap kemajuan sekolah.
Dalam kegiatan penerimaan siswa baru bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk yang tersedia di sekolah. Kegiatan kesiswaan selanjutnya yang perlu dilaksanakan ialah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan.


Ada beberapa jenis pengelompokan siswa, diantaranya yang dilaksanakan ialah:
a.       Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b.      Pengelompokan dalam bidang studi.
c.       Pengelompokan berdasarkan spesialisasi.
d.      Pengelompokan dalam sistim kredit.
e.       Pengelompokan berdasarkan kemampuan.
f.       Pengelompokan berdasarkan minat.
Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara pereiodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Jadi tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[7]
C.    Penutup
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.
Manajemen merupakan alat untuk meningkatkan kualitas organisasi, melalui alat ini organisasi bisa berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan harapan yang diinginkan bersama. Maka, untuk meningkatkan mutu organisasi sekolah, terlebih mengenai manajemen kesiswaan dibutuhkan manajemen yang baik dan tertata secara administrasional. Oleh karena itu, manajemen kesiswaan akan menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan kesiswaan mulai dari penerimaan (input), proses belajar mengajar, sampai pada lulusan (output) dari sekolah. Itu artinya pelaksanaan atau kualitas dari mutu pendidikan setidaknya akan ikut ditentukan oleh manajemen organisasi sekolah, walaupun manajemen organisasi bukan satu-satu yang urgen dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan pendidikan.

D.    Daftar Pustaka
-          Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbassis Sekolah (peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi KBK), Cet. I, Bandung, Cipta Cekas Grafika, 2005.
-          Kabar Pendidikan, Pengertian dan Konsep Manajemen Pendidikan, dikutip dari; htt;//www.kabar-pendidikan.blogspot.com/.../pengertian-dan-konsepmanajemen/2011.
-          Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (konsep, strategi dan implementasi), Cet. XI, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007.
-          Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan (untuk pendidikan non-formal dan pengembangan sumber daya manusai), Cet. III, Bandung; Falah Production, 2004.
-          Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi (pendidikan teknologi dan kejuruan), Cet. II, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1993.
-          Pengertian Manajemen Kesiswaan, dikutip dari; http;// id.shvoong.com › Ilmu Sosial › Pendidikan 2011.


[1] Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan (untuk pendidikan non-formal dan pengembangan sumber daya manusai), Cet. III, (Bandung; Falah Production, 2004), hal. 16.
[2] Pengertian Manajemen Kesiswaan, dikutip dari; http;// id.shvoong.com › Ilmu Sosial › Pendidikan 2011.
[3] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (konsep, strategi dan implementasi), Cet. XI, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 45.
[4] Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi (pendidikan teknologi dan kejuruan), Cet. II, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1993), hal. 51.
[5] Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbassis Sekolah (peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi KBK), Cet. I, (Bandung, Cipta Cekas Grafika, 2005), hal. 50.
[6] Pengertian Manajemen Kesiswaan...,
[7] Kabar Pendidikan, Pengertian dan Konsep Manajemen Pendidikan, dikutip dari; htt;//www. kabar-pendidikan.blogspot.com/.../pengertian-dan-konsep-manajemen/2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar