MANAJEMEN
KESISWAAN
Oleh; Jajat Darojat
A.
Pendahuluan
Cita-cita atau visi dan misi adalah tujuan yang akan
dicapai, namun sejauh mana visi dan misi itu direncanakan dan dicapai sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal. Suatu tujuan tentunya perencanaan yang matang
sehingga tujuan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam suatu
organisasi tentunya dikenal dengan istilah manajemen, hal ini merupakan alat
atau bisa dikatakan sebagai formula untuk merumuskan strategi pengelolaan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Setiap organisasi tentunya mempunyai kesepakatan
tujuan yang ingin dicapai, namun apakah tujuan itu bisa berjalan dan didapatkan
secara optimal. Maka dari itu, dalam konteks ini dibutuhkan
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan (Motivating), Pembinaan (Conforming), serta Penilaian (Evaluatingi).
Aspek-aspek tersebut merupakan tahapan-tahapan
manajemen organisasi dalam pencapaian tujuan bersama. Tentunya aspek-aspek
tersebut harus berjalan secara berkesinambungan dan kontinyu. Artinya, sebagai
sarat dalam pelaksanaan manajamen hal-hal tersebut harus dipenuhi. Secara umum
manajemen memang mempunyai pemaknaan yang berbeda-beda, tergantung dari wilayah
mana manajemen itu difungsikan. Namun, manajemen ini bisa dimaknakan sebagai
alat ataupun formula yang bisa dipakai oleh setiap organisasi dalam pencapaian
tujuan bersama, tentunya yang sudah disepakati bersama. Oleh karena itu,
manajemen bisa digunakan dalam berbagai hal. Sebagaimana dalam pembahasan
makalah ini, yang membahas mengenai “Manajemen Kesiswaan”. Apa, seperti apa dan
bagaimana manajemen kesiswaan itu difungsikan dalam suatu organisasi sekolah.
Hal tersebut dibahas dalam pembahasan makalah.
B.
Pembahasan
1.
Manajemen
Pengelolaan atau
manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu
kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan
organisasi. Hersey dan Blanchard (1982)
memberi arti pengelolaan sebagai barikut;
“Management as working with and
trough individual and groups to accomplish organizational goal”(pengelolaan
merupakan kegiatan yang dilakukan bersama atau melalui seseorang serta kelompok
dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi).
Stoner (1981) mengemukakan
bahwa;
“Management is the proces of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of
using all other organizational resources to achieve stated organizational
goals.”
Implementasi kedua
pengerian tersebut di atas adalah bahwa manajemen merupakan serangkaian
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan
mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengembangkan upaya
sebagaimana dikemukakan di atas terdapat pembaharuan atau perubahan secara
inovatif.
Dalam kedua pengertian
di atas terdapat tiga dimensi penting. Dimensi Pertama, bahwa dalam manajemen terjadi kegiatan yang dilakukan oleh
seorang pengelola (pemimpin, kepala, komandan, ketua, dan sebagainya) bersama
orang lain, baik perseorangan maupun kelompok. Dimensi ini menunjukan tentang
betapa pentingnya kemampuan dan keterampilan khusus yang perlu dimiliki oleh
pengelola untuk melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan untuk
mempengaruhi orang lain baik melalui hubungan perorangan maupun melalui
hubungan kelompok. Kemampuan dan keterampilan khusus itu terlihat pada interaksi
antara pihak yang memimpin (yang mengelola) dan pihak yang dipimpin (staf atau
bawahan). Hubungan kemanusiaan ini terjadi pula apabia pihak yang memimpin dan
yang dipimpin itu terdiri atas kelompok. Singkatnya, hubungan kemanusiaan
menjadi dimensi utama dalam kegiatan pengelolaan.
Dimensi Kedua, menunjukan bahwa kegiatan yang
dilakukan bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan
dicapai. Dimensi ini memberi makna bahwa kegiatan tersebut diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Sedangkan
dimensi Ketiga, adalah bahwa
pengelolaan itu dilakukan dalam organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai
itu merupakan tujuan organisasi. Dengan kata lain, tujuan organisasi dicapai
melalui kegiatan yang dilakukan bersama orang lain baik perorangan maupun
kelompok. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa adanya tiga dimensi tersebut
yaitu; kegiatan melalui dua atau bersama orang lain, tujuan yang akan dicapai
dalam kehidupan organisasi, memerlukan kehadiran pengelola yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang lain dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan pengertian
administrasi dan manajemen sebagaimana dikemukakan di atas maka dapat dirinci
persamaan yang terkandung di dalam kedua pengertian tersebut. Pertama, baik administrasi maupun
manajemen memerlukan kerjasama antara dua orang atau lebih. Kerjasama itu
didasarkan atas alasan-alasan rasional, seperti untuk memenuhi kebutuhan,
minat, atau kepentingan bersama. Kedua,
tujuan organisasi yang ingin dicapai ditentukan secara rasional. Tujuan ini
ditetapkan dengan mempertimbangkan perlunya alasan-alasan untuk bekerjasama
sebagaimana telah diketengahkan di atas dan dengan mengkaji potensi dan daya
dukung yang tersedia atau yang dapat disediakan. Ketiga, administrator dan pengelola tidak menjalankan sendiri
kegiatan oprasional. Kegiatan oprasional biasanya dilakukan oleh para pelaksana
baik perseorangan ataupun kelompok. Singkatnya dapat dikemukakan bahwa adanya
hubungan kerjasama antara orang-orang yang didasarkan atas alasan-alasan
tertentu, tujuan yang akan dicapai, dan pimpinan yang tidak melaksanakan
sendiri kegiatan oprasional secara langsung merupakan unsur-unsur persamaan
antara administrasi dan manajemen.
Disamping itu, adanya
unsur-unsur persamaan terdapat pula unsur-unsur perbedaan antara administrasi
dan manajemen. Pertama, administrasi
mempunyai fungsi untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai dan menetapkan
berbagai kebijaksanaan umum guna mencapai tujuan tersebut. Sedangkan manajemen
mempunyai fungsi antara lain untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan menilai
kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi/ lembaga. Kegiatan dalam manajemen
itu sudah tentu ada dalam ruang lingkup kebijaksanaan umum yang dirumuskan
dalam administrasi. Kedua, fungsi
administrasi bersifat menyeluruh dan berlaku untuk semua organisasi, sedangkan
manajemen dibatasi dalam suatu lembaga atau manajemen. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa administrasi mempunyai cakupan lebih luas apabila
dibandingkan dengan manajemen.
Pada administrasi dan
manajemen terdapat unsur kepemimpinan. Kepemimpinan tercermin dalam interaksi,
saling hubungan, atau kerjasama antar manusia baik antara seseorang dengan
orang lain ataupun antara seseorang dengan kelompok. Dalam interaksi inilah
terjadinya upaya seseorang atau satu pihak untuk mempengaruhi orang atau pihak lainnya.
Upaya mempengaruhi orang lain itu termasuk pada kepemimpinan.[1]
2.
Manajemen
Kesiswaan
Menurut arti bahasa,
manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan. Manajemen juga berarti
kepemimpinana terhadap suatu kelompok guna mencapai tujuan. Sedangkan secara
istilah manajemen berarti ilmu atau seni mengatur pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lain secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen juga mengandung arti sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan
dengan membangun suatu lingkungan yang kondusif terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam
sebuah kelompok yang terorganisir. Dengan demikian tindakan manajemen nampak
terlihat dalam segenap usaha administrator (manajer) dalam mengatur
individu-individu yang terlibat dalam suatu organisasi, sehingga memungkinkan
mereka dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran seoptimal mungkin demi terciptanya
tujuan bersama. Dalam kaitannya dengan pendidikan, manajemen berati proses
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam satuan organisasi pendidikan,
dengan mendayagunakan segala sumber daya manusia maupun sumber daya yang lain
menuju pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan siswa adalah peserta
belajar atau murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah.[2]
Dengan demikian manajemen kesiswaan dapat disimpulkan bahwa pengaturan atau
pengelolaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiswaan.
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan
(peserta didik) merupakan salah satu bidang operasional MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah). Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari satu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya
berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih
luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta ddik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen kesiswaan
bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta
mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus
diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta
bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut Sutisna
(1985) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang
kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut;
a. Kehadiran
murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu,
b. Penerimaan,
orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid ke kelas dan program studi,
c. Evaluasi
dan pelaporan kemajuan belajar,
d. Program
supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran, perbaikan,
dan pengajaran luar biasa,
e. Pengendalian
disiplin murid,
f. Program
bimbingan dan penyuluhan,
g. Program
kesehatan dan keamanan,
h. Penyelesaian
pribadi, sosial dan emosional.
Penerimaan siswa baru
perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung
sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya
tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan
penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru
(PSB) atau penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah
membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab
dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokan
dan orientasi sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti
pendidikan di sekolah.
Keberhasilan, kemajuan,
dan prestasi belajar para siswa memerlukan data otentik, dapat dipercaya, dan
memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol
keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di
sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada
orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan
membimbing anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Tujuan pendidikan tidak
hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian,
serta aspek sosial emosional, di samping keterampilan-keteramilan lain. Sekolah
tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam
belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut,
diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu
dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk,
buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku prestasi siswa, buku lapor,
daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[3]
Pencatatan-pencatatan tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk dari dari adminisitrasi
sekolah dalam ruang lingkup murid (peserta didik).
Yang dimaksud dengan
administrasi murid adalah kegiatan pencatatan murid dari mulai proses
penerimaan hingga murid tersebut keluar dari sekolah disebabkan karena telah
tamat atau sebab-sebab lain. Tidak semua yang berhubungan dengan murid digarap
oleh administrasi murid. Penggarapan administrasi untuk murid kadang-kadang
termasuk ke dalam administrasi murid, tetapi ada kalanya masuk humas
pendidikan. Membagi kelas menjadi kelompok yang lebih kecil yaitu membuat
kelompok-kelompok belajar, termasuk garapan administrasi kurikulum. Pemberian
kartu SPP untuk diatur pelaksanaan dananya, termasuk ke dalam administrasi
keuangan.
Jenis-jenis kegiatan
administrasi murid dapat didaftar melalui gambaran bahwa lembaga pendidikan
diumpamakan sebagai sebuah transformasi, yang mengenal masukan (input),
pengelolaan di dalam tranformasi (proses) dan keluaran (output). Dengan
demikian penyajian penjelasan administrasi murid dapat diurutkan menurut
aspek-aspek tersebut. Dengan melihat pada proses memasuki sekolah sampai murid
meninggalkannya, terdapat empat kelompok pengadiministrasian, yaitu;
a. Penerimaan
murid,
b. Ketatausahaan
murid,
c. Pencatatan
bimbingan dan penyuluhan, serta
d. Pencatatan
prestasi belajar.[4]
Tugas kepala sekolah
dalam manajemen siswa adalah menyeleksi siswa baru, penyelenggaraan
pembelajaran, kehadiran murid, uji kompetensi akademik dan atau kejujuran,
bimbingan karir serta penelusuran lulusan. Inovasi dalam penerimaan siswa baru
bagi sekolah, yaitu identifikasi potensi dan bakat siswa yang sesuai dengan
persyaratan program studi atau program keahlian, sehingga hasil bimbingan akan
menjadi optimal dalam mengarahkan siswa ke pendidikan lanjutan dan atau dunia
kerja yang relevan. Uji kompetensi yang dilakukan bersama oleh sekolah (SMK)
dan asosiasi profesi memudahkan dalam penyaluran dan pemasaran tamatan ke dunia
kerja, ataupun menciptakan lapangan kerja sendiri untuk berwiraswasta. Kepala
sekolah harus menyadari bahwa kepuasan siswa dan orang tua siswa serta
masyarakat merupakan indikator keberhasilan sekolah (Sallis; 1993).
Keberhasilan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin adalah kepuasan kerja
guru, sebagai internal customer dan
kepuasan siswa serta orang tua siswa, sebagai external customer (Sallis; 1993). Indikator keberhasilan ini
merupakan konsep dasar yang harus menjadi acuan kepala sekolah dalam mengukur
keberhasilan dirinya.[5]
Dengan mengacu pada
pengertian dan penjelasan mengenai manajemen kesiswaan di atas, maka ruang
lingkupnya adalah sebagai berikut.
Menurut Burhanuddin,
ruang lingkup atau cakupan manajemen kesiswaan adalah
a. Mengatur
penerimaan siswa berdasarkan kriteria penerimaan siswa baru kelas I (satu).
b. Program
bimbingan dan penyuluhan (BP).
c. Kepenasehatan
pemilihan program studi.
d. Pengelompokan
siswa.
e. Meneliti
dan mencatat kehadiran siswa di sekolah.
f. Mengatur
program kegiatan ekstra kurikuler.
g. Mengatur
kegiatan organisasi siswa.
h. Pengaturan
mutasi siswa.
i.
Pengaturan
program belajar di waktu bebas.
Sedangkan menurut
Gorton, manajemen kesiswaan hanya meliputi:
a. Permasalahan
disiplin siswa.
b. Cara
menanggulangi permasalahan siswa.
c. Pelayanan
pribadi siswa.
d. Pengaturan
program kegiatan siswa.[6]
3.
Konsep
Manajemen Kesiswaan
Manajemen peserta didik
menduduki tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh karena sentral
layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di
sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat maupun
layanan khusus pendidikan, diarahkan agar peserta didik mendapatkan pelayanan
yang baik.
Menurut Knzevich manajemen peserta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah. Jadi manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik. Tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan lancar, tertib, teratur dan tercapai apa yang menjadi tujuan pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan meliputi perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kenaikan kelas, penjurusan, dan perpindahan siswa intra sekolah.
Menurut Knzevich manajemen peserta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah. Jadi manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik. Tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan lancar, tertib, teratur dan tercapai apa yang menjadi tujuan pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan meliputi perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kenaikan kelas, penjurusan, dan perpindahan siswa intra sekolah.
Kegiatan perencanaan
kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu mencatat usia anak-anak. Usia umur
sekolah di pakai sebagai dasar untuk membagi-bagikan daerah penyebaran bagi
pendirian suatu sekolah. Seluruh kegiatan sensus sekolah dapat difungsikan
untuk berbagai hal yaitu:
a. Menetapkan
perlunya perencanaan jumlah dan lokasi sekolah.
b. Menetapkan
beberapa batas daerah penerimaan siswa di suatu sekolah.
c. Mempersiapkan
fasilitas pengangkutan.
d. Memproyeksikan
layanan program pendidikan bagi sekolah yang memerlukan.
e. Menata
kewajiban belajar dan undang-undang tenaga kerja bagi anak-anak.
f. Mempersiapkan
fasilitas penidikan khusus.
g. Menganalisa
tingkat dan laju pertumbuhan umur usia sekolah pada suatu daerah tertentu.
h. Membuat
rayonisasi bagi anak yang akan masuk atau dari sekolah kesekolah lain.
i.
Merekam
informasi mengenai jumlah dan pertumbuhan sekolah swasta.
j.
Merekam dari
berbagai sumber mengenai sumbangan masyarakat terhadap kemajuan sekolah.
Dalam kegiatan
penerimaan siswa baru bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk
yang tersedia di sekolah. Kegiatan kesiswaan selanjutnya yang perlu
dilaksanakan ialah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diadakan dengan
maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa
berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
diprogramkan.
Ada beberapa jenis
pengelompokan siswa, diantaranya yang dilaksanakan ialah:
a. Pengelompokan
dalam kelas-kelas.
b. Pengelompokan
dalam bidang studi.
c. Pengelompokan
berdasarkan spesialisasi.
d. Pengelompokan
dalam sistim kredit.
e. Pengelompokan
berdasarkan kemampuan.
f. Pengelompokan
berdasarkan minat.
Dalam kegiatan ini
kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk
bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi
belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki
keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan
atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan
belajar siswa ini secara pereiodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai
masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya
belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Jadi tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[7]
Jadi tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[7]
C.
Penutup
Suatu sistem pendidikan dapat
dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan
menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses
belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan
hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan
program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara
berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan
dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berkembang. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan.
Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya
merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.
Manajemen merupakan
alat untuk meningkatkan kualitas organisasi, melalui alat ini organisasi bisa
berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan harapan yang diinginkan bersama.
Maka, untuk meningkatkan mutu organisasi sekolah, terlebih mengenai manajemen
kesiswaan dibutuhkan manajemen yang baik dan tertata secara administrasional.
Oleh karena itu, manajemen kesiswaan akan menyentuh hal-hal yang berkaitan
dengan kesiswaan mulai dari penerimaan (input),
proses belajar mengajar, sampai pada lulusan (output) dari sekolah. Itu artinya pelaksanaan atau kualitas dari
mutu pendidikan setidaknya akan ikut ditentukan oleh manajemen organisasi
sekolah, walaupun manajemen organisasi bukan satu-satu yang urgen dalam
pelaksanaan atau penyelenggaraan pendidikan.
D.
Daftar
Pustaka
-
Hari Suderadjat,
Manajemen Peningkatan Mutu Berbassis
Sekolah (peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi KBK), Cet. I,
Bandung, Cipta Cekas Grafika, 2005.
-
Kabar
Pendidikan, Pengertian dan Konsep
Manajemen Pendidikan, dikutip dari;
htt;//www.kabar-pendidikan.blogspot.com/.../pengertian-dan-konsepmanajemen/2011.
-
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (konsep, strategi
dan implementasi), Cet. XI, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007.
-
Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan (untuk
pendidikan non-formal dan pengembangan sumber daya manusai), Cet. III,
Bandung; Falah Production, 2004.
-
Suharsimi
Arikunto, Organisasi dan Administrasi
(pendidikan teknologi dan kejuruan), Cet. II, Jakarta, RajaGrafindo
Persada, 1993.
-
Pengertian
Manajemen Kesiswaan, dikutip dari; http;// id.shvoong.com › Ilmu Sosial ›
Pendidikan 2011.
[1] Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan (untuk pendidikan non-formal dan
pengembangan sumber daya manusai), Cet. III, (Bandung; Falah Production,
2004), hal. 16.
[2] Pengertian Manajemen Kesiswaan,
dikutip dari; http;// id.shvoong.com › Ilmu Sosial › Pendidikan 2011.
[3] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (konsep, strategi dan implementasi),
Cet. XI, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 45.
[4] Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi (pendidikan
teknologi dan kejuruan), Cet. II, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1993),
hal. 51.
[5] Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbassis Sekolah
(peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi KBK), Cet. I, (Bandung,
Cipta Cekas Grafika, 2005), hal. 50.
[6] Pengertian Manajemen
Kesiswaan...,
[7] Kabar Pendidikan, Pengertian dan Konsep Manajemen Pendidikan, dikutip
dari; htt;//www. kabar-pendidikan.blogspot.com/.../pengertian-dan-konsep-manajemen/2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar